Selasa, 23 April 2013

Mengapa Waktu Terasa Semakin Cepat Berlalu ?

Pernahkah Merasakan Perjalanan Waktu Terasa Begitu Cepat ? Siang-malam, hari, minggu, bulan dan tahun terasa saling berkejaran. Perasaan baru saja tahun baru 2013, eh sekarang sudah bulan April.

Ternyata fenomena semakin pendeknya hari telah dikabarkan oleh Nabi shallallau 'alaihi wa sallam sebelum 1400 tahun lalu. Bahwa tidak akan terjadi kiamat sehingga –salah satunya- masa semakin singkat, waktu semakin berdekatan.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallah 'anhu berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak terjadi hari kiamat dan sehingga dihilangkannya ilmu, banyak gempa bumi, masa semakin berdekatan (terasa singkat), banyak terjadi fitnah, dan banyak pembunuhan." (HR. Bukhari, no. 1036)

Diriwayatkan juga dalam Musnad Ahmad (10560), dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallau 'alaihi wa sallam bersabda: “Tidak akan datang kiamat sehingga waktu semakin berdekatan, setahun seperti sebulan, sebulan seperti sejum’at, sejum’at seperti sehari, sehari seperti sejam, dan sejam terasa hanya sekejap.” (Imam Ibnu Katsir mengatakan: isnadnya sesuai syarat Muslim. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Jaami’ no. 7422).

Penjelasan Harun Yahya

Menurut Harun Yahya, di ruang di antara permukaan bumi dan ionosfer konduktif, terdapat getaran alami. Frekuensi mendasar ini yang juga dikenal sebagai Detak Jantung Dunia, disebut sebagai Resonansi Schumann. “Hal tersebut telah diramalkan secara matematis oleh fisikawan Jerman Winfried R Schuman pada tahun 1952,” tuturnya. Resonansi Schumann, kata dia, sangat penting karena membungkus bumi. “Dengan demikian terus menjaga alam dan semua bentuk kehidupan di bawah efeknya. Hal ini secara terus menerus diukur oleh pusat penelitian fisika terkemuka di dunia”

Pada 1950, Resonansi Schumann diukur pada skala 7.8 hertz. Nilai ini dianggap tetap konstan. Memang sistem komunikasi global militer ini didirikan di atas frekuensi ini. Namun, pada 1980-an, terjadi perubahan tiba-tiba. Sebab, pada tahun itu Resonansi Schumann diukur di atas 11 hertz. “Laporan terbaru telah mengungkapkan bahwa angka ini bahkan akan meningkat lagi. Perubahan dalam Resonansi Schumann; frekuensi menunjukkan mempercepat waktu” Tuturnya.

Dengan demikian, waktu 24 jam terasa seperti 16 jam atau kurang. Ilmu pengetahuan tidak mampu menjelaskan mengapa angka ini mengalami kenaikan, atau faktor yang menyebabkannya meningkat. “Dengan makin singkatnya waktu, pertanda akhir zaman yang diramalkan oleh Nabi SAW terbukti secara ilmiah saat ini” Tuturnya.

Selain itu, ada juga penjelasan lainnya yang bisa juga di jadikan sebagai bahan renungan bagi kita bersama. Ini akan lebih mudah dijelaskan dengan mengambil sebuah pertanyaan yang mendasar; “Kenapa waktu terasa berlari begitu cepat?”. Alasannya adalah:

1. Karena zaman kini, manusia semakin sibuk !

David Allen dalam buku produktivitasnya “Getting Things Done” menggambarkan dengan tepat betapa padatnya kesibukan manusia zaman sekarang, dimana pekerjaan seolah tidak mengenal batas penyelesaiannya. Pada zaman dulu, pekerjaan dianggap selesai bila suatu batasan tertentu telah tercapai, misalnya bila hewan buruan telah ditangkap dan dimasak. Namun sekarang, pekerjaan modern bisa dibilang sangat “berlapis-lapis”. Kalaupun jam pekerjaan kantor telah usai, masih ada setumpuk laporan, e-mail, sms, dan panggilan telepon yang harus dikerjakan di rumah.

Manusia modern pun telah bersaudara dengan yang satu ini: DEADLINE. Dengan tuntutan pekerjaan yang semakin tinggi dan harus “cepat, cepat, cepat”, orang-orang pun lebih fokus ke “bagaimana menyelesaikan pekerjaan anu dalam waktu X”. Tenggang waktu sebulan pun semakin tak ada artinya – bahkan terasa seperti seminggu atau dua minggu.

2. Waktu memiliki bobot
Teori ini masih berdasarkan fisika relativitas. Sejak awal tahun 1993, waktu memang telah berjalan lebih cepat. Hingga saat ini, waktu telah 1,3 hingga 1,4 kali lebih cepat – dan akan lebih cepat 2 kali lipat 10 tahun kemudian. Menurut beberapa penelitian, kecepatan revolusi solar system kita memang tengah bertambah lebih cepat, di mana hal ini juga berpengaruh terhadap waktu di bumi. Karena waktu berjalan lebih cepat, ruang pun semakin merapat dan gravitasi meningkat. Bisa dibilang, ruang dan waktu semakin bersatu. Atau seperti kata hadits tersebut, “zaman semakin berdekatan”.

3. Persepsi
Tentang hal ini, Albert Einstein pernah berkata “Kalau Anda duduk di atas kompor yang menyala, pastilah 4 menit terasa seperti 4 jam. Coba kalau Anda duduk di sebelah wanita cantik, 4 jam akan terasa seperti 4 menit”.


Untuk menjelaskan tentang persepsi ini, akan saya berikan contoh. Misalnya Anda mendengarkan lagu yang boringnya minta ampun padahal durasinya hanya 1 menit, bisa jadi di benak Anda, seolah-olah lagu itu durasinya 4 menitan, ‘kan? Tapi coba kalau Anda mendengarkan lagu kesayangan Anda, mungkin lagu durasi 4 menit terasa lebih cepat, atau terasa lebih lama tapi durasi lama yang menyenangkan.

Dalam buku “Why Life Speeds Up as You Get Older”, Douwe Draaisma menjelaskan bahwa persepsi memori memberikan kesan kepada kita bahwa waktu berjalan cepat atau lambat. Ketika kita masih kecil misalnya, kita selalu “ingin jadi dewasa”. Atau ketika kita baru masuk kerja dan kita menanti naik pangkat. Antisipasi terhadap penantian itu membuat waktu terkesan lama sekali. Begitu juga memori kita terhadap fase hidup yang kita anggap menyenangkan atau sangat buruk – biasanya waktu akan terasa lama tapi “berisi”. Namun halnya dengan fase hidup yang “biasa-biasa saja”, maka hanya akan teringat samar-samar dalam memori kita dan dianggap “berlalu cepat begitu saja”.





Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar