Jumat, 19 April 2013

Hormon Cinta Membuat Penderita Autisme Bersosialisasi



Kebanyakan orang dengan autisme kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Namun, pada pertemuan beberapa tahun yang lalu, Simon Gregory, seorang ahli genetika molekular mencatat bahwa hormon oksitosin, yang juga dikenal sebagai hormon cinta dapat digunakan untuk membantu anak-anak autis bersosialisasi dengan lingkungannya.

Dalam sebuah penelitian pengujian kinerja oksitosin, seorang ahli saraf Evdokia Anagnostou dari Bloorview Research Institute, Toronto, memberikan oksitosin kepada sekelompok orang dewasa dengan autisme dan plasebo untuk kelompok lain.
Setelah memberikan hormon oksitosin dan plasebo dua kali sehari selama enam minggu, para peneliti menemukan bahwa responden yang menggunakan semprotan oksitosin menunjukkan perilaku yang lebih baik dibandingkan dengan responden yang mengonsumsi plasebo. Para peneliti juga tidak melihat efek samping yang buruk dari penggunaan oksitosin.


Tidak hanya menunjukkan perilaku yang baik kepada orang lain, mereka yang menggunakan oksitosin juga memiliki kemampuan 20 persen lebih baik dalam membaca dan mengekspresikan emosi melalui gambar.
Namun, oksitosin tidak berpengaruh pada cara mereka berkomunikasi atau mengurangi kecenderungan obsesif-kompulsif. Anagnostou menekankan, hormon oksitosin bukanlah obat untuk autisme.

“Kami tidak berbicara tentang penyembuhan autisme. Masalah autisme merupakan kumpulan gangguan. Kami berusaha untuk mengurangi gejala sedikit demi sedikit,” kata Anagnostou, seperti dilansir Discover Magazine.

Meskipun tidak bisa menyembuhkan autisme, semprotan oksitosin tampaknya dapat digunakan untuk membantu anak-anak autis untuk bersosialisasi dan berkomunikasi lebih baik dengan lingkungan dan orang-orang di sekitar mereka.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar